RUMAHKU DI DUNIA MAYA

Pages

::: Tak Ada Yang Spesial Apa Lagi Istimewa :::

alhamdulillah aku masih bisa melihat indahnya dunia di pagi ini. Allah yang maha kasih,
masih memberikanku kesempatan untuk bernafas hingga detik ini.
Aku masih bisa melihat tetesan embun dan merasa sejuknya hembusan angin dipagi ini.



“Selamat ulang tahun” itu ucapan yang selalu kudengar setahun sekali.
Ucapan tanda kepedulian yang membuatku senang.
Namun entah kenapa tahun ini terasa berbeda.
Ucapan itu malah terdengar menakutkan.
Mungkin karena aku merasa semakin tua atau sepertinya ada yang salah?
Dua puluh tahun menjalani hidup,
tetapi baru empat tahun belajar memahami kehidupan.
Enam belas tahunku seakan sia-sia.
Melewati masa TK dan SD seperti hilang ingatan.
Aku tak bisa membedakan kenyataan dan khayalan.
Masa kecilku sungguh membingungkan.
masa SMP aku mengenal kebencian dan menanamkannya dalam-dalam.
Saat itulah aku sadar bahwa setan itu ada dan bersemayam dalam perasaan.
Kulalui masa itu bagai kutu loncat. Pindah kesana-kesini tak ada tujuan.
Pada akhirnya, aku tetap merasa bosan dan sendirian.
Aku mulai memperoleh pencerahan di masa SMA.
Mereka mengubahku menjadi manusia,
bukan lagi sekadar robot yang menjalani rutinitas biasa.
Mereka mengajarkanku cinta pada keabadian.
Mereka mengenalkanku pada kebenaran.
Aku tak lagi merasa sendirian.



Saya bahagia karena telah menginjak usia ke-20 tahun. Itu artinya saya sudah bukan lagi remaja atau anak-anak. Saya harus dapat lebih bertanggung jawab, dewasa, dan serius dalam menjalani kehidupan ini.

Tahun ini tidak seperti tahun sebelumnya, tahun ini saya menerima sedikit ucapan selamat ulang tahun. Ini bukan berarti saya menginginkan semua orang mengingat ulang tahun saya.
Ulang tahun bagi saya tidak terlalu penting digembar-gemborkan, toh itu hanya perayaan atas bertambahnya umur berkurangya waktuku untuk menghirup udara. Dan cukup saya dan Tuhan saja yang merayakan itu.
Saya sengaja, sebisa mungkin, menyembunyikan tanggal lahir saya di Facebook, email, dan jejaring lainnya. Alasan pertama adalah saya ingin melihat berapa banyak orang-orang yang peduli dengan saya. Ternyata, hari ini saya bisa melihat, siapa yang peduli dan siapa yang tidak. Peduli dan tidak itu bukanlah soal. Saya hanya ingin mengetahuinya.

Menurut saya saat ini, media komunikasi virtual seperti facebook dll itu hanya memberikan pertemanan semu. Teman-teman yang hampir saya jumpai setiap hari pun juga hanyalah pertemanan semu. Hanya segelintir orang-orang yang mengingat ulang tahun saya tanpa bantuan internet. dan saya sungguh salut dengan mereka. Sisanya, hanya mengetahui ulang tahun saya berasal dari internet. Saya juga mengerti, saya bukan siapa-siapa di kehidupan mereka, jadi saya juga tidak menuntut mereka untuk hafal dengan tanggal lahir saya, Ini sungguh tidak penting. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa untuk beberapa waktu ini saya akan menonaktifkan beberapa akun saya.

Saya ucapkan terima kasih pada sahabat-sahabat yang mengucapkan selamat ulang tahun dari lubuk hati yang terdalam. Suatu saat, ketika mungkin saya mengalami cobaan yang sangat berat, saya tahu harus kemana saya meminta bantuan.

Untuk teman-teman yang mengingat saya karena saya ini hanya sebatas teman di mata kalian, mungkin selama ini saya kurang berlaku baik terhadap kalian. mungkin juga kita belum cukup mengenal. semoga siapa pun yang membaca tulisan ini, ingin menjadi bagian dari sahabat yang dapat memberikan saya tangan ketika saya akan menemui maut.

Saya berjanji akan menjadi teman kalian dengan totalitas penuh.
Telinga saya bersedia mendengarkan keluh kesah kalian. Tangan saya terbuka untuk mengulurkan bantuan. Jangan sungkan-sungkan meminta tolong kepada saya.

Sudah ku nonaktifkan akun Facebook aku...

Biografi Of Kurt Cobain


Judul Buku : Heavier Than Heaven; Biografi Kurt Cobain
Penulis : Charles R Cross
Penerbit : Alinea, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, November 2005
Tebal : x + 540 halaman

Kisah hidup Kurt Cobain, vokalis kelompok Nirvana yang oleh majalah Rolling Stones dimasukkan ke dalam kategori 50 artis terbaik sepanjang masa, berakhir dengan tragedi bunuh diri. Hal itu dipaparkan dengan baik dalam buku Heavier Than Heaven; Biografi Kurt Cobain. Melalui buku itu, Charles R Cross ingin mengatakan bahwa popularitas ternyata juga menyimpan sisi-sisi kelam yang kadang terasa absurd.

Kurt Cobain lahir di Aberdeen, sebuah kota yang khas dengan industri penggergajian di negara bagian Washington, 20 Februari 1967. Sejak kecil ia sudah memperlihatkan berbagai bakat dan kecerdasan, baik di bidang olahraga maupun seni. Kurt masuk dan berperan besar dalam tim bisbol dan gulat di sekolah. Dia juga sangat menyukai pelajaran seni dan senang melukis.

Tapi kehidupan Kurt dalam keluarganya begitu suram, terutama sejak perceraian kedua orang tuanya, ketika ia berusia sembilan tahun. Peristiwa itu menjadi bencana emosional terbesar dalam hidupnya. Kurt jadi membenci kedua orang tuanya. Apalagi ketika ayahnya menikah lagi dan ibunya berpacaran dengan pemuda yang umurnya hanya tujuh tahun lebih tua darinya.

Peristiwa itu mengubah Kurt menjadi sosok pemurung, tertutup, dan berandal. Kurt kemudian mulai berkenalan dengan dunia obat-obatan hingga akhirnya putus sekolah.

Jalan menuju popularitas Kurt di jalur musik juga tidak mudah diraih. Di masa-masa awal sebelum sukses, Kurt bersama personel Nirvana lainnya kadang harus menempuh jarak ratusan hingga ribuan mil untuk melangsungkan konser promosi album pertamanya, Bleach. Penontonnya pun kadang cuma 20 atau belasan orang. Bayarannya hanya cukup untuk mengganti bensin.

Tapi semua perjuangan keras Kurt terbayar ketika album kedua Nirvana, Nevermind, hadir dengan hentakan dahsyat sehingga mengguncang peta musik internasional. Album yang dirilis September 1991 itu dengan cepat bertengger di puncak teratas tangga lagu Billboard, menggeser Dangerous-nya Michael Jackson. Seiring dengan itu pula, popularitas Kurt dan Nirvana mencuat luar biasa.

Pada titik inilah kemudian pelan-pelan mulai terlihat sisi-sisi suram popularitas sebagaimana dialami Kurt. Sikap dan gaya hidup Kurt yang memang penuh kontradiksi dan kontroversi, keterlibatannya dengan dunia narkoba, menurut pengakuan Kurt juga dipicu oleh penyakit perut yang dideritanya sejak lama. Kisah kehidupan keluarganya dengan Courtney Love, semua menjadi bahan menarik untuk diangkat media.

Pemberitaan dari tabloid The Globe dan majalah Vanity Fair tidak lama setelah kelahiran anaknya, Frances, misalnya. Bagi Kurt dan istrinya tampak seperti penghakiman bahwa keduanya tak berhak mengasuh anaknya itu, dengan mengabaikan kenyataan bahwa Frances lahir dengan sehat. Karena itulah, pada tingkat tertentu, Kurt kadang mengalami semacam paranoid terhadap media, khawatir bila ternyata apa yang diberitakan tentangnya justru sesuatu yang tak ia sukai–entah itu karena berupa fitnah maupun semacamnya.

Rasa putus asa dalam mengatasi problem kecanduannya serta untuk memperbaiki kehidupan keluarganya, baik dalam relasinya dengan kedua orang tuanya maupun keluarganya sendiri, mengantarkan Kurt pada satu kondisi depresi yang luar biasa. Akhirnya, di awal April 1994, Kurt ditemukan bunuh diri di rumahnya dengan meledakkan kepalanya sambil mengonsumsi obat-obatan, setelah beberapa hari sebelumnya kabur dari rumah sakit di Los Angeles, tempat ia dirawat untuk mengatasi kecanduannya.

Meninggalnya Kurt akibat bunuh diri ini menambah daftar panjang para artis dan orang-orang ternama lainnya yang mengakhiri hidup dengan cara yang tragis itu. Sebelumnya tercatat nama Jim Morrison, Jimi Hendrix, dan Janis Joplin, para musisi yang secara kebetulan sama-sama meninggal di usia 27, seperti juga Kurt.

Charles R Cross menyajikan kisah hidup Kurt Cobain dalam buku ini dengan cukup detail dan komprehensif. Dengan dibagi ke dalam 24 bab, Cross mengimbuhkan catatan keterangan waktu dan tempat di tiap awal bab sehingga pembaca akan cukup mudah menelusuri alur hidup Kurt. Cross, yang menjadi editor di majalah musik The Rocket, cukup berhasil memperlihatkan berbagai segi manusiawi Kurt, seorang artis terkemuka yang gema pengaruhnya hingga kini masih terasa, terutama di kalangan muda.

Segi-segi manusiawi yang penuh lika-liku dari jejak kehidupan Kurt disampaikan dengan keahlian bertutur yang indah dan menawan; tentang perjuangan Kurt yang berkreasi dengan penuh kerja keras di dunia musik, bagaimana karya-karya musiknya itu lahir, Kurt kecil dan remaja yang merasa terabaikan dan terbuang di keluarganya, Kurt yang merasa dieksploitasi oleh media dan para penggemarnya, serta hubungan-hubungan kemanusiaan yang rumit antara Kurt dan orang di sekelilingnya. Cross cukup berhasil menuturkan semua itu dengan keterlibatan emosi yang mendalam, sehingga pembaca buku ini dapat berempati dan masuk ke relung suasana setiap peristiwa.

Kelebihan utama buku ini lebih terlihat karena Cross berhasil menghimpun dan mengolah segudang data yang cukup berharga tentang kehidupan Kurt itu sendiri.

Cross tidak sedang bergosip atau sekadar menyajikan isu-isu murahan tak berdasar tentang kehidupan Kurt. Empat ratus wawancara dengan berbagai pihak yang terlibat dengan kehidupan pribadi dan karier Kurt di dunia musik dilakukan Cross selama sekitar empat tahun.

Belum lagi berbagai arsip dan dokumen penting berkaitan dengan Kurt yang ditelusuri Cross, seperti catatan medis dan kepolisian, serta catatan harian yang ditulis Kurt sendiri.

Meski diterjemahkan secara keroyokan oleh tiga orang, buku itu cukup enak dibaca. Pilihan kata dan strukturnya sengaja dibuat lebih populer sehingga dalam dialog-dialognya kita akan banyak menjumpai kata-kata yang tidak baku, seperti ‘kalo, ancur’, dan sebagainya. Beberapa ungkapan bahasa Inggris yang dalam konteks Indonesia saat ini juga sedang populer dan sering digunakan sehari-hari, seperti ungkapan so what, oleh penerjemahnya tetap dibiarkan dalam bahasa Inggris. Dengan cara ini, suasana dan karakter tokoh-tokoh di buku itu, yang kebanyakan memang anak muda, menjadi lebih kental terasa.


aku takut tdk bisa merobohkan dinding hatimu..
aku takut engkau pergi dan tak mengingatku lagi..
sampai kapan ku harus menunggumu jatuh di pelukanku..
berikan peluang untukku,, untuk memilikimu..
sampai kapan ku harus memintamu menjadi pelengkapku..
Jika aku berada di surga mungkin aku tak bahagia bila itu tanpamu...
ku mau kau di sisiku selalu....
Apapun yang terjadi...

Yang Tersakiti: Menetes Lagi

Yang Tersakiti: Menetes Lagi: "air mata kerinduan Malam ini Kubiarkan air mataku jatuh lagi. . . &..."

Menetes Lagi

air mata kerinduan
Malam ini Kubiarkan air mataku jatuh lagi. . .                                       
Air mata ini memang pantas untuk selalu mengalir di pipi. . .
Karena kerinduanku padamu. . .

LENTERA MERAH

Seribu kali ku coba menghindari
Seribu kali ku coba tak kembali
Namun langkahku menjadi kian pasti
Menatap bayangmu dalam cinta yang semu

Seribu kali ku menatap gambarmu
Seribu kali ku menyebut namamu
Hasrat padamu kian mendesak kalbu
Namun selalu aku merasakan tak mampu

Kemana ku harus melangkah
Jejakmu samar-samar ku ikuti
Kemana ku harus melangkah
Cintamu terlalu sulit untukku

Terangilah kasih lentera cintamu itu
Agar ku tak jatuh dalam kegelapan

tentang dia

ak mencintainya
Ui..
ak lbh suka memanggilnya dg nama itu
Ui adlh pria yg sempurna dmataku
Dia punya semua yg kuinginkan
...Ui adlh embun dpagi hari
Suara denting gitar saat sepi
Namanya sll tertulis dlm buku harianku sejak lima bulan ini
tapi sekarang tak ada kisah yg tertulis lagi tentang dia
Entah sudah berapa lama dia pergi dariku
ak hampir tdk ingat sudah brp lama dia hilang dr hidupku